Aku pernah
mencatat tentang bahagia yang sederhana. Pernah. Dan ya, detik itu bahagia begitu
sederhana dengan segala rupa lakunya. Satu yang aku lupa, bahwa Tuhan mencipta
bahagia sepasang dengan dukanya. Bahwa tidak kemudian lengkung senyum abadi
dimiliki, kadang dengan air mata waktu harus dibagi.
Kemudian jika
hari ini bahagia tidak sesederhana yang pernah dijabarkan aksara, maaf. Mungkin
hanya sedang waktunya sang duka mengambil tahta. Akan ada saatnya bahagia
kembali dengan sederhana. Bukan begitu, Tuhan ?
Tidak ingin
menyusahkanMU dengan segala keluh, aku akan menikmati fase ini. Dengan ini kan
nantinya aku akan lebih menghargai bahagia. Memaknai yang sederhana sebagai
hadirnya. Hanya saja, jika boleh, aku ingin meminta. Kuatkan. Itu saja. Ya,
Tuhan ?
Tolong
mengangguklah.
Jangan takut.
Aku tidak akan cengeng dengan segala coba. Aku kan hambaMu yang keren, Tuhan. Begini
saja aku tidak akan menyia-nyiakan air mata. Tuhan ku yang Maha Keren tidak
mengajarkan untuk cengeng.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar