Hai,
Tuan.
Hahaha.
Geli rasanya memanggilmu begitu. Setelah sekian lama mengenalmu sebagai kawan,
hari ini aku memanggilmu tuan. Duh, pria.
Jangan
tanya kenapa aku menulis ini. Mana aku tau. Tiba-tiba saja ingin menyebutmu
dalam tulisan. Sesekali. Boleh, kan ?
Sehat
kamu ?
Aku
tau pasti iya. Beberapa kali pernah ku temui cepat langkahmu entah kemana tuju.
Ah, tuan. Sesibuk itu sekarang ?
Tetap
jaga kesehatan. Kawan mu ini bisa apa selain mengingatkan.
Wahai,
tuan ambisius.
Sangat
mengerti kami dengan mimpi-mimpimu yang tinggi. Pula segala usaha yang hingga
hari ini kau tekuni. Jangan lupakan kami jika terwujud nanti. Janji ?
Aku
rindu kamu, by the way.
Dengan
celoteh kita yang kata orang lebay. Atau godamu yang kadang alay. Hahaha.
Aku
menulis ini sebagai seorang sahabat. Maka tolong lepaskan atribut atas apapun
yang pernah jadi lelucon kita di masa lampau. Mari kita tertawakan saja.
Jangan
juga jadi merah jambu hatimu. Huh. Percaya dirimu itu loh, selalu bisa jadi
sebab aku menggelengkan kepala.
Hahaha,
sudahlah. Lebih baik disudahi saja tulisan tanpa inti ini.
Tetap
jadi kamu yang menyenangkan ya, tuan sahabat.
Sampai
ketemu nanti.
Yang
pernah dan masih istimewa
Sahabatmu,
Rin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar