Ada yang pernah menyaksikan bagaimana
seekor ulat menikmati setiap fasenya hingga ia menjelma menjadi kupu-kupu yang
indah ? Pernah menyaksikan betapa sang ulat tidak pernah mengeluh pada titah
Tuhannya ?
Aku ingin menjadi sang ulat, yang dengan
sepenuhnya meyakini Dia punya rencana indah di balik segala coba. Yang dengan
tawadhu menjadi diri yang lebih baik setelah segala caci dan maki.
Dunia berputar. Waktu bergulir. Sang
ulat berubah. Kita berubah. Orang-orang berubah. Adakah yang masih sama hari
ini ? Adakah kita ingin terus di titik yang sama tanpa ingin naik kelas ?
Jangan. Menjadi lebih baik itu indah.
Aku ingin berubah, menjadi lebih baik.
Sekalipun aku tahu Tuhan tidak akan membiarkan jalanku menjadi ‘baik’ itu
mudah. Silahkan, Tuhan. Silahkan. Coba aku dengan tebing dan rintang. Maka
dengan izin-MU pula langkah ini tak lagi gamang. Silahkan tersenyum atas
jawabanku, Tuhan.
Sang ulat saja bisa yakin, bahwa bila
terus dia berusaha, Tuhan pasti tidak akan tinggal diam. Telah dipersiapkan
kado indah di ujung sana. Lalu kita ?
“Haruskah
ada yang dikorbankan ?”
Ya, tentu. Bukan tidak lelah sang ulat
hingga menjadi kupu-kupu. Terpaksa harus makan tanpa henti, tidur panjang di
dalam kepompong. Melelahkan. Begitupun kita. Akan ada waktu, emosi, perasaan dan kebersamaan yang harus dikorbankan untuk menjadi pribadi
yang lebih baik.
Jangan takut. Tuhan tidak akan
mengambil sesuatu dari hambaNYA melainkan akan diganti dengan yang lebih baik.
Ya, kan ?
Maka, Tuhan, hari ini hamba mencoba
menjadi laksana sang ulat yang dengan ikhlas menjalani setiap fasenya hingga
menjadi indah. Mengorbankan ego dan kebersamaan dengan yang fana untuk
sepenuhnya dapat kembali pada koridor cintaMU nan megah. Kembali belajar
menjadi hambaMU secara kaffah.
Karena Engkau adalah alasan atas ego,
kebersamaan, dan segala apa yang aku lepas, maka dengan yakin tidak akan ada
sesal esok, Tuhan.
Jadikan indah, Tuhan. Sebagaimana
Engkau menjadikan sang ulat yang tawadhu bermetamorfosis menjadi kupu-kupu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar